AoD 27 Pencurian

Sabtu, 12 Agustus 2023

 Waktu hidupku tinggal tersisa dua puluh satu hari.


Aku tidak melihat orang lain dalam perjalanan ke ruang bawah tanah sirkuit magis yang memasok daya ke aula.

Aku siap untuk menyingkirkan siapa pun yang melihatku, tetapi itu tidak berarti bahwa aku akan dengan senang hati melakukan pembunuhan massal tanpa pandang bulu. Tetap saja ... semuanya sama, aku merasa negara manusia benar-benar bukan untukku.

... aku bertanya-tanya apakah ketidaksukaan ini berasal dari diskriminasi penampilan yang telah kualami sejak lama. Itu mungkin.

Tidak ada yang berubah hanya dengan kata-kata satu orang. Setiap manusia, hingga anak-anak mereka, hanya melihat demihuman sebagai ternak mereka, sebagai binatang yang berguna. Tidak ada cemoohan atau penghinaan yang ditujukan pada mereka. Walau bagaimanapun, mereka hanyalah binatang, bukan manusia.

Kebaikan yang diperlihatkan manusia kepada para budak demihuman tidak berbeda dengan perawatan yang ditunjukkan seorang koboi kepada kudanya.

Bagi manusia di sini, membunuh 'ternak' bukan apa-apa dan tidak akan menimbulkan rasa bersalah.

Aku selalu bertanya-tanya mengapa semuanya seperti ini. Alasan untuk semua itu ada di sini.

"... ruang kontrol sirkuit sihir."

Jumlah mana yang meluap-luap dari World Sapling yang menopang dunia dikumpulkan dan dikirim ke mana-mana. Termasuk tempat ini.

Sihir menjalankan kereta dan menyalakan lampu saat malam. Sumber daya yang begitu melimpah sehingga tidak ada yang mau mematikan lampu. Itu sama pentingnya untuk kenyamanan manusia seperti listrik di bumi modern.

No. 01 ... Hans ... dia meninggalkan kata-kata berikut dalam surat wasiatnya.

Umat ​​manusia, secara individual lemah, tetapi dengan kemampuan reproduksi tinggi telah berhasil menaklukkan seluruh dunia dengan menjadi lintah pada World Sapling.

(E/N : lintah = parasit yang menyedot mana dari world sapling)

Ras-ras lain dengan kekuatan lebih besar telah melihat kelemahan mereka, dan karenanya mereka telah mengizinkan manusia untuk berlindung pada World Sapling.

Akan tetapi, manusia telah menemukan cara untuk memanfaatkan mana. Dengan kekuatan yang baru mereka temukan, manusia telah mengusir semua ras lain dari Sapling dan mengambil mereka sebagai budak.

Dan dengan pengetahuan yang datang dari dunia lain --dari bumi modern-- kekuatan mereka tumbuh semakin kuat.

Bangunan ini dibangun dengan premis bahwa lampu magisnya tidak akan pernah padam. Jadi, aku berharap bahwa begitu aula lelang jatuh ke dalam kegelapan setelah kehilangan catu daya sihirnya, semua orang di dalam akan bingung.

Hanya lilin saja tidak akan cukup cahaya bagi orang-orang di sini untuk bertarung. Aku harus merusaknya pada momen yang pas, yaitu tepat sebelum batu magis No. 17 dibawa ke atas panggung. Sekitar lima belas menit setelah lelang sore dimulai.

Setelah memadamkan lampu, aku akan langsung menuju panggung, membunuh hanya orang-orang yang menghalangi jalanku, meraih batu, lalu kabur.

... terus terang saja ini adalah skema yang paling kacau. Namun, aku tidak punya waktu untuk perencanaan yang cermat, waktuku terus menghitung mundur, kurangnya pengalaman hanya akan membuat rencana yang kususun penuh dengan lubang, dan yang paling penting, aku bahkan belum pernah melakukan pemikiran strategis semacam ini sebelumnya.

Baiklah, mari kita mulai.

Aku menyebarkan lenganku untuk membuka kunci ruang kontrol. Dengan cakar dan senjata, aku mulai mengubah semua yang ada di dalam menjadi sampah.

***

"Apa yang dilakukan gadis bodoh itu di kamar mandi?" Tiz bergumam tak percaya.

Lelang sore sudah dimulai beberapa saat, tetapi Shedy masih belum kembali. Tiz menghela napasnya.

"Haruskah aku mencarinya?"

"Tidak, biarkan saja dia. Dia akan kembali cepat atau lambat."

Tiz tampak sangat menyukai gadis itu, tetapi ia masih tidak menunjukkan perhatian.

Dia pikir sikap kurang ajar itu baru. Shedy mungkin masih anak-anak, tetapi cukup memiliki prospek yang bagus di kemudian hari. Jarang ada seseorang yang seputih dirinya dan dikombinasikan dengan pupil merahnya, dia tampak seperti kelinci. Hal itu membuatnya senang.

Namun pada akhirnya, baginya itu tidak lebih dari penampilan yang jarang terlihat. Menemukannya tidak berbeda dengan menemukan pisau yang sangat bagus di pasar.

Keterikatan Tiz padanya hanyalah sifat posesif dari seorang pria yang tidak ingin barangnya kabur.

Orang-orang di posisi kekuasaan seperti Tiz bukanlah orang yang memiliki pasangan karena cinta.

Penampilan menempatkan gadis itu berdiri di sampingnya, sementara garis keturunan memutuskan wanita yang akan menggendong anak-anaknya. Wanita-wanita ini mungkin orang yang penting, tetapi dia tidak akan terobsesi pada mereka.

Tiz hanya memiliki dua kecintaan: pisau magis yang ia peroleh sebagai seorang anak dan posisi yang ia raih dengan mengalahkan ayahnya. Seorang gadis yang terlihat eksotis dengan sikap kurang ajar dan sedikit kecantikan tidak cukup untuk mendapatkan kecintaannya.

"Hmm?"

Sama seperti item pertama lelang sore, sepotong perhiasan menemukan pemiliknya dan batu magis kuning sedang dibawa ke atas panggung. Cahaya yang bersinar di atas panggung tiba-tiba menghilang.

"Apa yang terjadi?"

"Hanya sedikit sandiwara ... 'kan?"

Lelang awalnya dimulai di aula gelap dengan hanya lampu lilin sehingga para peserta tidak berpikir terlalu banyak. Hanya menimbulkan sedikit obrolan di antara para peserta. Mereka belum menyadari bahwa ini adalah insiden.

***

Saat aku menghancurkan peralatan sehingga lampu mati, kupikir diriku mendengar suara.

Namun, ini bukan waktunya untuk halusinasi. Aku berubah menjadi kabut dan bergegas melewati koridor-koridor gelap dengan kecepatan tinggi.

Blobsy melompat ke arahku ketika kami bertemu kembali, dengan riang masuk ke tasku. Begitu dia merasa aman, aku berlari ke atas. Di sana, aku melihat beberapa anggota staf panik karena pemadaman mendadak.

Pintu dan jendela utama lebih terang di dekat pintu masuk aula dan tentu saja orang-orang berkumpul di sana. Anggota staf dengan panik berusaha untuk menghentikan pengawal peserta yang datang, mengatakan bahwa itu berbahaya.

Aku segera kembali ke lorong gelap yang mengarah lebih dalam. Kedua penjaga yang berjaga-jaga meninggalkan pintu terbuka, mengintip ke dalam untuk memeriksa situasi.

Mata mereka belum terbiasa dengan kegelapan. Aku kembali ke [Bentuk Humanoid] lagi, menginjak tanah untuk dorongan, dan menyelinap di antara para penjaga.

----------------------
[Mantan Prajurit Bayaran?]

[Ras: Manusia]

[Pengawal]

[MP : 84/85 ]

[HP: 150/150 ]

[Total Combat Power: 306 ]
-----------------------

"Sesuatu baru saja masuk!"

"Itu seseorang!"

Tepat pada saat itu, seseorang di dalam merapalkan mantra cahaya, menuhi ruangan dalam cahaya redup. Lihat?Rencanaku begitu penuh lubang.

"Hentikan dia!" Penjaga itu berteriak. Salah satu staf menyerangku hanya dengan tinjunya. Aku menginjak kepalanya dan terbang.

"Apa yang kau lakukan?!"

Pria lain tepat di sebelahku mengayunkan linggis. Aku memblokirnya dengan belati di tangan kananku sementara cakar di tangan kiriku memotong linggis dan tubuhnya. Wah, cakarku benar-benar memotong logam ...

Akan tetapi, aku bahkan tidak punya waktu untuk mengejutkan diriku sendiri. Aku menangkis tombak yang menusuk ke arahku dari depan dengan belati, lalu mencabik tenggorokan penjaga dengan cakar.

"Hahh!" Tombak menerjangku dari belakang.

[Reroll]

Aku mengelak dan langsung merespon dengan tendangan. Lehernya patah.

Sialan, kenapa semuanya berubah menjadi huru-hara yang berantakan?!

Untungnya, lawanku masih tidak terbiasa dengan kegelapan. Menghindari serangan mereka tidak terlalu sulit dan aku berhasil menang.

Aku tahu itu, rencana terperinci bukan keahlianku. Beberapa anggota staf melarikan diri. Aku harus menuju ke panggung sebelum kekacauan ini menjadi lebih besar. Namun kemudian, sebuah suara memanggilku dari kegelapan.

"T-tunggu!"

Eh? Apakah masih ada yang tersisa? Aku berbalik ke arah suara itu, mengangkat belati. Di sana, aku melihat dua anak terikat di dalam sangkar.

Mereka terlihat seumuran dengan tubuhku saat ini. Seorang anak laki-laki dan anak perempuan. Mereka tampak mirip satu sama lain, keduanya memiliki rambut pirang muda dan bentuk yang sangat menawan.

Mereka hanya mengenakan apa yang terlihat seperti seprei dengan lubang yang dipotong untuk kepala sehingga kain yang tipis tampak hampir transparan. Tangan mereka diikat dengan manset. Mata biru putus asa menatapku.

"... elf?"

"Iya! Tolong, biarkan kami keluar dari sini!"

"Kami belum melakukan apa pun pada manusia!"

"Tunggu, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi ..."

Aku tidak punya waktu, jadi aku mengatakan kepada mereka untuk meringkas ceritanya saja. Rupanya, mereka dulu tinggal di pemukiman elf yang relatif besar. Pemukiman itu menikmati hubungan yang relatif damai dengan negara ini dan menjual kerajinan tangan tradisional.

Namun, pada titik tertentu, raja negara ini mulai menuntut beberapa budak setiap tahun. Mereka tidak bisa memenuhinya sehingga hubungan diplomatik terputus. Suatu hari, mereka tiba-tiba diserang oleh tentara. Para pria terbunuh, harta diambil, para wanita dan anak-anak ditangkap.

"Mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah  revolusi."

"Eh? Tapi desamu bahkan bukan bagian dari negara ini, 'kan? ”

"… iya."

Kau yakin mereka tidak hanya sedang ingin bermain dengan hewan peliharaan?

"Apakah kau punya tempat untuk lari?"

“Beberapa dari kami berhasil berpencar dan lari. Jika kami bisa melarikan diri ke kedalaman hutan ... "

" ... kami mungkin bisa menemukan teman kami lagi suatu hari nanti ... Ah, maaf. Kau seorang manusia, kau tidak benar-benar perlu mendengar ini ... "

"Bukan."

Aku membiarkan telingaku sedikit tersingkap dari tudungku. Mata mereka melebar.

"K-kau ..."

“Jangan pedulikan aku. Hal yang paling bisa aku lakukan saat ini adalah membiarkan kalian pergi ... menjauh sedikit."

Cakarku memotong kunci dan borgol mereka. Aku juga memberi mereka beberapa jubah cadangan dan belati, ditambah beberapa koin perak.

"U-umm ..."

“Ini dia. Aku tidak dapat membantumu lebih jauh lagi."

Aku berbalik untuk pergi. Gadis itu memanggilku, suaranya tercekat menangis.

"Suatu hari ... suatu hari, kami akan membalas kebaikanmu! Kami bersumpah!"

Bocah itu masih diam, kepalanya menunduk. Dia tidak bergerak bahkan setelah aku meninggalkan pandangan mereka.

"..."

Aku tahu itu. Aku tidak bisa memaksakan diri untuk meninggalkan seseorang yang kuajak bicara dan aku masih memiliki masalah mendesakku sendiri untuk diatasi. Di depan mataku atau tidak, aku harus meninggalkan budak sendirian pada waktu berikutnya.

Baiklah ... mari kita taburkan lagi kekacauan dalam perjalanan ke batu magis.

"Siapa di sana?"

Seorang anggota staf bertanya, melihatku berlari keluar dari kegelapan dan ke dalam cahaya magis yang samar. Sepertinya mereka masih tidak menyadari apa yang telah terjadi. Tunggu, apakah itu harta elf yang seharusnya keluar setelah batu magis?

Melihat aku masih belum berhenti, para penjaga segera berkerumun di sekitar harta karun itu. Mereka menikam tombak mereka ke arahku tanpa peringatan ... keamanannya sangat ketat.

Kekuatan tempurku sangat tinggi, tetapi fleksibilitas ofensifku kurang begitu baik. Aku berada pada posisi yang kurang menguntungkan setiap kali diriku bertarung melawan banyak lawan. Namun, kekuatan tempur yang tinggi berarti kecepatan yang lebih tinggi dan kerusakan yang lebih rendah saat menerima serangan.

Dengan harapan akan bentuk manusia yang mampu bertarung, refleks dan kekuatan yang kumiliki ketika berubah bentuk telah meningkat dengan cepat. Aku bahkan bisa melihat serangan lawan seolah-olah dalam gerakan lambat.

Aku menghindari tombak, membiarkannya merayap di bahuku, dan melompat tepat ke wajah salah satu dari mereka. Belatiku merobek tenggorokannya.

"Whoa?!"

“Musuh sangat terampil! Hati-hati!"

Para penjaga mengayunkan senjata mereka tanpa ragu-ragu, bahkan terhadap seseorang yang hanya terlihat seperti anak kecil. Beberapa dari mereka mengenaiku sedikit. Aku terus menangkis dengan belati dan mengiris leher dengan cakar.

Aku masih menyembunyikan sosok iblisku, dan karena itu mereka juga hanya menggunakan senjata pembunuh fana yang tidak dilapisi mana. Tubuhku masih dapat terluka, tentu saja, tetapi kerusakannya bisa diabaikan. Selain itu, aku juga tidak memiliki organ vital seperti manusia.

Belati bandit terakhirku pecah. Salah satu dari mereka mengambil kesempatan untuk menusuk perutku dengan tombak dari belakangku.

“Inilah kesempatan kita! Habisi dia!”

Dua penjaga melepaskan tombak yang menusukku dan menghunuskan pedang mereka. Belati itu terlepas dari jari-jariku. Melihatku tertusuk, kedua pria itu mendekati tanpa waspada sama sekali. Aku mendorong dua belati baru ke tenggorokan mereka.

(E/N : maksudnya belati terakhir dalam paragraf sebelumnya itu belati di tangannya. Sementara itu masih ada belati cadangan di dalam tubuhnya)

"A-" Penjaga yang menusukku berteriak. Aku menyebarkan tangan kiriku seperti sulur, lalu memadatkan cakar untuk merobek tenggorokannya.

Melihat semua penjaga mati, anggota staf lainnya berteriak. Sangat terlambat.

Aku menarik tombak dari perutku, lalu mengambil harta elf yang duduk di atas sebuah kereta yang tampak mewah.

Kalau saja ini adalah batu magis yang kucari, aku bisa melarikan diri sekarang. Aku mengambil terlalu banyak waktu dengan anak-anak elf itu ...

----------------------
[Shedy]

[Ras: Mistral ]

[Iblis Kecil (Peringkat Tinggi)]

・ Iblis kabut penyihir yang menari di atas lautan utara. Bentuk kehidupan spiritual yang cerdik.

[MP: 1095/1310 ] 210 ↑

[Total Combat Power: 1226/1441 ] 231 ↑

[Keterampilan Unik: <Reroll\ data-tomark-pass > <Cyber-Manipulation\ data-tomark-pass > ]

[Keterampilan Rasial: Ketakutan ]

[Identifikasi Sederhana]

[Bentuk Humanoid (Master) ]

[Pengepak Mahir]
-----------------------

Aku memiliki sedikit harapan, melihat bagaimana para penjaga itu cukup kuat, tetapi kelihatannya evolusi lain tidak begitu cepat terjadi setelah naik peringkat.

Mungkin evolusi berikutnya akan terjadi pada sekitar 1500 atau 2000 poin sihir. Aku hanya harus puas dengan apa yang kumiliki. Sihirku berkurang, tetapi kekuatan tempur basisku meningkat, jadi intinya kekuatanku saat ini tidak berubah. Mungkin baik-baik saja.

Ketika aku bergegas ke panggung, aku melihat sebuah batu kuning yang bersinar di dalam kegelapan, dikelilingi oleh beberapa penjaga.

Itu dia ... batu milik  No. 01 yang menyatu denganku memberi tahu bahwa itulah yang kucari. Batu magis No. 17.

"Pencuri! Ada pencuri!"

Aku mendengar sekitar sepuluh pasang kaki berlari di belakangku. Mendengar peringatan itu, para penjaga di atas panggung mengarahkan tombak mereka ke arahku. Keributan mulai terjadi di antara para peserta yang dibiarkan dalam kegelapan sampai sekarang.

… aku bertanya-tanya apakah anak-anak itu berhasil.

Aku tidak akan datang untuk menyelamatkanmu lagi jika kau tertangkap, oke? Aku punya masalah sendiri di sini.

Beberapa penjaga di atas panggung menyerangku. Pada saat yang sama, aku melompat ke samping, menangkis tombak dengan belati sambil menikam penjaga terdekat tepat di wajahnya dengan belati yang lain.

"AaaAAAAaAhh?!"

"Dia cepat! Jangan gunakan tombak, gunakan pedangmu- ” salah satu dari mereka berteriak, tangannya bersiap untuk berganti senjata. Sayangnya, tenggorokannya terkena belati.

“-Haha!”

"Makan ini! [Slash]!"

Salah satu pria yang mengejarku menebas punggungku. Tampak seperti serangan magis karena cukup mrnyakitkan. Aku pura-pura terhuyung-huyung, mengiris kaki pria itu dengan cakar ketika aku jatuh, lalu menusukan belati ke lehernya saat aku menyentuh tanah.

"[Ice Arrow]!"

Ooof ... panah es menusuk ke punggungku. Sepertinya salah satu dari mereka tahu sihir.

Dua pria mengambil kesempatan untuk menyerang. Aku berguling menjauh dari bilah mereka, lalu menyebarkan kedua tanganku ke bentuk sulur-sulur cakar dan langsung mencabik-cabik tenggorokan mereka.

"Sihir?!"

Kegelapan terus menjadi sekutuku. Mereka mengira seranganku hanya mantra.

-----------------------
[Shedy]

[Ras: Mistral ]

[Iblis Kecil (Peringkat Tinggi)]

[MP: 1080/1385 ] 75 ↑

[Total Combat Power: 1218/1523 ] 82 ↑
-------------------------

Para penjaga menghentikan serangan mereka sejenak, berhati-hati dengan sihir. Aku mengambil kesempatan untuk segera berlari ke arah batu yang akan dibawa oleh seorang anggota staf. Aku menendangnya. Batu itu terlempar ke udara dan aku menelannya tanpa ragu sedikit pun.

------------------
[Shedy]

[Ras: Mistral ]

[Iblis Kecil (Peringkat Tinggi) ]

[MP: 1080/1535 ] 150 ↑

[Total Combat Power: 1218/1688 ] 165 ↑

[Evolusi Tersedia]

***

Saat salah satu target Tiz, batu magis kuning, dibawa ke atas panggung, lampu mati. Ketika mereka menunggu di bawah cahaya lilin untuk perbaikan yang harus dilakukan, keributan tiba-tiba muncul di panggung. Melihat kesenangannya dirusak, Tiz geram.

"Apa yang sedang terjadi?!"

"Tuan, saya akan segera pergi untuk memeriksa ..."

Salia secara refleks merespon, kemudian setelah berpikir lebih jauh, mulai bimbang antara apakah dia harus memprioritaskan keselamatan Tiz atau menyelidiki insiden saat ini. Pikirannya terganggu oleh seseorang yang melompat ke atas panggung.

"Aku mengerti, seorang pencuri!" Tiz berdiri, mulutnya menyeringai buas. Kemudian, menyadari kurangnya senjata di pinggulnya, dia merengut.

“Nak, tidak perlu membahayakan dirimu sendiri. Ini bukan negaramu."

"Kau tidak perlu memberitahuku, Kakek."

Akan tetapi, ketidaksenangan Tiz segera menghilang. Diterangi oleh cahaya magis yang redup, pemandangan pencuri yang mengamuk di atas panggung telah menggelitiknya.

Bayangan itu kecil, hampir seperti masih anak-anak. Lawannya lebih dari sepuluh pria dewasa. Beberapa serangan menghantam si pencuri, tetapi dia masih bertarung tanpa ragu sedikit pun, hanya menghindari pukulan fatal. Tiz menganggap pemandangan itu indah.

Dia menginginkan pencuri itu. Tetap saja, bahkan jika Tiz tidak tahu apa yang diinncarnya, pencuri itu pasti tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup.

Kemudian anak itu melompat ke arah batu magis kuning, masih samar-samar bersinar di dalam kegelapan. Tiz mengira dia melihat pencuri itu menelannya. Para hadirin yang ribut, gelisah oleh pertempuran, segera menjadi hening ketika mereka merasakan kehadiran si pencuri berubah. Hampir seperti pencuri itu baru saja berubah menjadi sesuatu yang lain.

Saat berikutnya, panggung tiba-tiba dipenuhi dengan kabut tipis. Suhu di dalam aula turun tajam. Melihat orang-orang yang bersentuhan dengan kabut itu runtuh satu demi satu, Tiz mengayunkan lengannya ke atas panggung.

"[Tombak Api]!"

Semburan api panas menyapu kabut di atas panggung. Angin menyingkap tudung pencuri. Diterangi oleh nyala api, Tiz melihat wajahnya dan telinganya yang seperti kelinci.

"... Shedy!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar