AoD 38 Reinkarnasi

Minggu, 13 Agustus 2023

 Aku adalah anak yang tidak diinginkan.


Ingatanku yang paling awal adalah perkelahian antara apa yang aku sebut sebagai “orangtua”.

Mereka menatapku dengan mata menghina. Mereka melampiaskan semua kekesalan padaku. Mereka selalu berteriak. Laki-laki itu memanggilku makhluk yang merusak pemandangan setiap kali dia melihatku, mengatakan kepadaku untuk tutup mulut setiap kali aku menangis.

Berapa kali dia menendangku, aku tidak ingat. Aku juga tidak ingat jumlah pemukulan yang wanita itu lakukan padaku, bahkan dia berteriak, "kau seharusnya tidak dilahirkan!"

Memar mengotori kulitku. Setiap pagi, aku mendapat sepotong roti keras untuk bertahan sepanjang hari.

Setiap beberapa hari sekali, aku berkesempatan untuk mencuci diri dengan sisa air mandi. Mereka membuangku ke beranda pada malam hari, dan aku akan meringkuk dan tidur di tempat kosong yang aku temukan di antara gundukan sampah di luar rumah.

Sebelum aku menyadarinya, pria itu tidak lagi berada di sekitar rumah. Wanita itu --yang pikirannya sudah gila dan hatinya dingin-- memanggilku "iblis" sebagai kata-kata terakhirnya untukku. Hal yang terakhir kulihat darinya adalah senyumannya yang tak beraturan ketika tangannya mengencang di leherku.

Ketika aku sadar, diriku sudah berada di kamar rumah sakit putih. Aku diberi makan makanan hangat yang layak untuk pertama kalinya.

Aku memuntahkan semuanya.

Aku tidak berbicara, tertawa, atau bahkan banyak menangis. Tidak ada yang akan menyukai anak seperti itu. Orang dewasa di panti asuhan selalu memukuliku terlebih dahulu sebelum berbicara. Mereka akan mengambil makananku, mengunciku di dalam gudang sampai pagi, dan mereka menyebutnya "mendisiplinkan".

Apa yang pernah aku lakukan pada mereka?

Setelah menginjak usia delapan tahun di panti asuhan, aku akhirnya menyerah menjadi seorang anak.

(E/N : Gakuat nerjemahinnya T.T)

***

"Audrey, apa yang terjadi di sana? Nomor 13 memberikan respon, 'kan? Ayo, jelaskan cepat!"

Perangkat VR audio-visual tidak dapat membagikan data apa pun yang belum didigitalkan. Brian, di pusat penelitian ke-7, tidak dapat melihat apa yang terjadi di fasilitas perawatan. Audrey dan anggota staf mendengar suaranya, tetapi tidak ada yang bisa berbicara. Pemandangan tidak wajar yang mereka lihat dan kehadiran dingin yang mereka rasakan telah membungkam mereka.

Nomor 13 sedang berbaring di sana, di luar kapsul dan terhubung ke berbagai mesin. Tubuhnya berubah putih seolah-olah warna itu tersedot keluar darinya dan akhirnya hancur menjadi tumpukan garam.

Seolah sebagai tanggapan, lima puluh enam tubuh penguji alpha rahasia lainnya yang berada di dalam kapsul mengikutinya dan hancur menjadi garam.

Suara seorang gadis samar-samar terdengar jauh di dalam telinga semua orang di sana.

"… Aku kembali …"

Bola cahaya putih yang bersinar dengan lembut naik dari tumpukan garam No. 13. Garam itu terbang dan meliuk di sekeliling bola, membentuk sosok manusia yang tidak jelas.

Suara kaca pecah terdengar di seluruh ruangan. Dari lima puluh enam kapsul lainnya, garam menyelinap melalui celah-celah yang baru terbentuk dan menari di sekitar siluet manusia. Mereka berkumpul, memberikan detail pada bentuknya.

Kulit putih mulus seperti porselen.

Rambut putih salju keriting yang tergantung sampai bahu dan yang mencuat dari lubang telinga adalah dua daun telinga panjang dengan warna putih yang sama.

Matanya perlahan terbuka, memperlihatkan dua bola mata berwarna merah darah.

Dia melayang di udara, anggota tubuhnya yang anggun tidak ditutupi sehelai pun pakaian. Kemudian, noda cair layaknya darah mulai terbentuk, menodai putih murni tubuhnya. Cairan itu berubah menjadi gaun merah tua dengan kerah hitam dan rok mini yang mengembang. Stoking hitam dengan sedikit merah, sepatu hak tinggi merah, dan sarung tangan merah melilit cakar yang tajam melengkapi setelan.

Gadis kelinci yang menakutkan.

Ketika gadis itu dengan santai merentangkan tangannya, lima puluh enam bola cahaya berkumpul ke arahnya. Dia dengan lembut memeluk mereka ke dadanya.

"Bisakah kau mendengarku? Apa yang sedang terjadi?!"

Suara Brian tanpa sadar memotong pemandangan yang fantastis, membawa penghuni ruangan kembali ke pikiran mereka sendiri.

Mendengar suaranya, gadis putih itu akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah para manusia. Mata merahnya menyipit menjadi tatapan dingin.

Batang elektroda berantakan di lantai.

"… ah?"

Pikiran mereka tidak bisa kembali pada kenyataan untuk sesaat. Di antara satu kedipan mata, tendangan gadis kulit putih itu sudah lepas dan mengenai lengan kiri pengawas panti asuhan. Anggota badannya dihancurkan menjadi debu.

"... aa ... aaaaAAAAH?!"

Bagian bahunya membeku. Meskipun tidak ada rasa sakit atau pendarahan, wanita itu masih berteriak karena ketakutan melihat lengannya sendiri hancur. Saat dia memegangi luka dengan tangan kanannya, embun beku menyebar ke jari-jarinya yang kemudian hancur dan mendorong lolongan lain.

"AAAARGGHH!!!"

Tidak ada rasa sakit. Ketika wanita yang ketakutan itu menggeliat di lantai seraya berteriak sepanjang waktu, gadis putih tersebut mengambil batang elektroda di lantai. Dia dengan tenang mendekat dan memegangi wanita itu, lalu perlahan-lahan mendorong batang jauh ke telinganya.

"Aakh ... gah ..."

Wanita pengawas itu mengejang, sekali, dua kali, lalu akhirnya berbaring diam. Anggota staf hanya bisa menonton dengan ngeri.

"... aaaaAAAAAHHH!!!"

Seorang wanita adalah yang pertama di antara mereka yang bereaksi. Terornya yang tidak lagi terkendali membuat dirinya tampak histeris dengan jeritan yang membelah tenggorokan.

Bersamaan dengan suaranya, anggota staf lain akhirnya kembali ke diri mereka sendiri. Mereka membunyikan alarm.

"Gah ..."

Beberapa dari mereka berusaha melarikan diri melalui pintu keluar, tetapi dalam sekejap mata, gadis itu ada di sana. Cakar bersarungnya merobek kepala mereka hingga hancur.

Anggota staf lainnya berlarian panik karena ketakutan. Semburan kabut dari gadis itu mengubah mereka menjadi patung beku dalam sekejap. Patung-patung itu jatuh dan hancur.

Suhu udara turun tajam, mengubah napas para korban menjadi kabut putih. Pakaian mereka basah oleh keringat dingin.

"Berhenti di sana!"

Para penjaga muncul, meneriakkan peringatan. Saat mereka melihat pembantaian itu, mereka segera menembaki gadis kulit putih tersebut.

Ketepatan waktu mereka menilai situasi dan membuat keputusan untuk menembak seorang gadis yang terlihat seperti remaja mengisyaratkan pengalaman mereka. Kemungkinan besar, mereka adalah mantan tentara bayaran yang disewa melalui koneksi yang dimiliki perusahaan dalam industri pertahanan.

Tiga penjaga berdiri di depan. Berlari tepat di belakang mereka ada lima lainnya. Peluru menyerempet gadis itu. Dia menyipitkan matanya, lalu mengarahkan telapak tangannya ke arah mereka dan membuat gerakan untuk menghancurkan sesuatu di tangannya. Delapan penjaga tiba-tiba pingsan, darah menyembur dari mana-mana di tubuh mereka.

Apa yang dia lakukan …?

Luka mereka tidak memiliki kesamaan, baik di lokasi maupun dalam keparahan. Lebih dari setengah dari mereka masih menarik napas. Seorang pria di antara mereka yang kedua kakinya patah masih berusaha mengarahkan senjatanya bahkan ketika dia merintih kesakitan. Namun, upayanya sia-sia; kabut berkelok-kelok mengubah dirinya dan sisa penjaga yang selamat menjadi patung es.

"Aku memberikan izin untuk mengerahkan senjata magis!"

Brian akhirnya menyadari ada sesuatu yang salah dan terhubung ke kamera pemantauan di dalam fasilitas perawatan. Dia memberi perintah.

Avatar monster itu masih dalam tahap percobaan. Namun, pengembangan senjata dengan rune terukir untuk memungkinkan mereka menggunakan mana sudah hampir selesai. Apa yang disebut "senjata magitech dunia modern" hampir siap untuk digunakan dalam pertempuran nyata.

Untuk membuat bahan yang sensitif terhadap mana, mereka harus menyimpan sejumlah perak yang dialiri mana selama hampir dua tahun. Dengan demikian, sumber daya yang tersedia untuk memproduksi senjata masih terbatas dan senjata itu sendiri tidak dapat menembak secara otomatis karena jumlah besar mana yang diperlukan untuk setiap aktivasi. Di sisi lain, senjata yang dijalankan memiliki jangkauan dan kekuatan senapan khas meskipun menembakkan peluru berukuran 9mm. Selanjutnya, proyektil tidak terpengaruh oleh atmosfer atau gravitasi. Senjata api pertama di dunia dengan jalur peluru lurus.

Beberapa menit kemudian, sekelompok penjaga lain tiba. Mereka memegang senapan serbu yang tampak aneh.

Senjatanya sendiri ramping. Terlampir di bagian bawah adalah wadah kecil seukuran kotak pena yang merupakan baterai mana. Jika mereka bisa menggunakan avatar yang dioperasikan mana di sini, mereka pasti sudah melakukannya. Sayangnya, waktu pengoperasiannya masih terlalu terbatas, mungkin karena atmosfer bumi modern, atau mungkin karena bumi sendiri tidak memiliki mana. Pilihan lain dari avatar adalah model lama yang tidak menggunakan mana, sayangnya jenis ini hanya bisa menunjukkan 70% kemampuan fisik orang dewasa normal. Pada akhirnya, korporasi terpaksa menggunakan manusia nyata untuk pertempuran ini.

Meskipun kekuatan senjata yang menggunakan sihir mungkin bervariasi, itu tidak mengubah fakta bahwa semuanya efektif terhadap bentuk kehidupan spiritual.

Saat ini, fasilitas tersebut memiliki dua puluh 'senjata magis' termasuk cadangan. Dua belas penjaga dan enam anggota staf dengan pengalaman menembak mengarahkan delapan belas senjata ke arah gadis itu.

"Tembak!!!"

Kursi dan meja tercabik-cabik oleh peluru. Saat semua orang berpikir gadis itu akan berakhir ...

... dia berubah menjadi kabut. Peluru melewatinya tanpa meninggalkan luka.

Dalam keterkejutan mereka, para penjaga bahkan melupakan keberadaan senjata di tangan mereka sejenak. Kabut putih bertiup ke arah mereka, dan dari dalam kabut, gadis itu melompat keluar. Setelah kabut menghilang, yang tersisa hanyalah delapan belas patung beku.

"… apa-apaan itu?!!"

Suara Brian bocor dari perangkat VR. Gadis putih itu memandangi kamera yang terhubung dengan penglihatannya, telinga kelincinya bergoyang seakan berkata, "Apa kau sudah lupa?" Dia mengarahkan telapak tangannya ke arah kamera dan meremas.

“... aaAAAAaaaAAGGHHH! Kakiku! Kakikuuu!"

Brian, yang sebenarnya berada di pusat penelitian ke-7, menjerit.

Dia lupa tentang fakta bahwa di masa kecilnya, ia hampir kehilangan kaki karena kecelakaan lalu lintas. Untungnya, pengemudi itu berhenti tepat waktu dan lukanya tidak separah itu.

Namun, pada masa sekarang, sayangnya, pengemudi ternyata tidak berhenti tepat waktu. Salah satu kaki Brian terlepas dari tubuhnya.

(E/N : Bagi yang bingung. Ingat keterampilan original Shedy? [Reroll] atau manipulasi probabilitas. Sekarang sudah berevolusi menjadi [Causality Alteration]. Sederhananya, skill ini sekarang bahkan bisa mengubah keberuntungan di masa lalu menjadi keadaan paling sial. Saat kecil, kaki Brian selamat karena pengemudi berhenti tepat waktu. Namun, setelah Shedy mengaktifkan [Causality Alteration], pengemudi gagal berhenti tepat waktu sehingga saat masa sekarang ketika Brian sudah dewasa, kakinya hilang. Masih bingung? Contoh lainnya, misal pas kecil kamu teriris pisau pas main masak2an sehingga ada bekas luka di jarimu. Nah, pas Shedy menggunakan [Causality Alteration] terhadapmu, bekas luka itu bakalan terbuka dan membelah jarimu sampai putus karena masa lalu telah berubah dan sialnya tanganmu bukan cuma teriris pas kecil, melainkan sampai jarimu terpotong. Semakin banyak keberuntunganmu di masa lalu, semakin parah luka yang bakalan kamu dapet saat terkena skill ini. Kemampuan ini menurutku salah satu yang paling OP)

Suaranya terputus, memotong teriakannya yang menggema.

Di ruangan yang cukup dingin sehingga air bisa membeku, Audrey duduk di lantai. Wajahnya membiru, bibirnya ungu, dan dia bahkan tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk berdiri.

"… No. 13 ... " Audrey berbisik, suaranya menggigil.

Nyaris tak ada orang yang hidup. Mendengar bisikannya, gadis itu dengan tenang berbalik.

Dia mendekat dengan tumit yang lebih terlihat seperti dibuat untuk mencungkil daging daripada membawa beban seorang gadis. Langkah kaki tajam itu berhenti di depan Audrey. Gadis tersebut menatap wajahnya.

"Kau mengenaliku?"

"Apakah kau ... No. 13? Kenapa kau terlihat seperti itu? Apa yang kau lakukan pada Wakil Direktur ...?"

Mendengar Audrey menjawab dengan hanya beberapa pertanyaan, No. 13 ... gadis kulit putih bernama Shedy, tampak kesal. Dia diam-diam menarik kepalanya.

“Tidak ada yang istimewa, sungguh. Selain itu ... yah, kau juga akan merasakannya."

"Ah!"

Shedy mengangkat Audrey dengan satu tangan di leher wanita itu.

“Aku harus segera kembali. Aku masih belum cukup kuat untuk tinggal di sini dalam waktu lama. Tapi ingat ini ... "

Audrey menelan ludah. Wajah mereka terpisah sepuluh sentimeter. Dia pikir dirinya melihat api gelap membara samar di dalam mata gadis itu.

"Aku akan kembali, dan aku akan jauh lebih kuat. Sang Iblis akan datang kembali untuk membantai kalian semua.”

Shedy menjatuhkan wanita itu ke tanah. Dia dengan santai berbalik dan menghilang, mencair ke dalam kabut tebal.

Hari itu, korporasi mengetahui keberadaan iblis yang akan menjadi musuh mereka.

--------------------------------

Catatan Penulis : Deskripsi pakaiannya mungkin tidak mudah dimengerti, jadi aku membuat sketsa kasar ini.

Jika kalian tidak pandai membayangkan bagaimana penampilannya dan jika kalian tertarik, silakan melihatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar