AoD 25 Melalui Jendela Kereta Dunia Lain

Sabtu, 12 Agustus 2023

 Kupikir aku tidak perlu tidur lagi. Aku bertanya-tanya apakah itu karena aku berubah bentuk atau karena aku naik peringkat, tetapi aku melihat mimpi hari itu lagi setelah waktu yang lama.


Sungguh, kupikir sudah waktunya bagiku untuk mengatasinya ...

…………

"Hei, Shedy. Bangun!"

... bwha? Kesadaranku terbangun dengan tergesa-gesa. Informasi dari dunia luar membanjiri kepalaku.

"… kenapa kau di sini?"

"Itu kalimatku."

Aku masih memakai tudung. Telingaku masih harus disembunyikan untuk saat ini.

Aku tetap duduk, masih memeluk lutut dan mendongak. Di dalam gerbong angkutan yang berisik, aku melihat Tiz berdiri di sana dan menatapku. Pria sombong itu mengenakan pakaian yang jauh lebih bagus dari apa yang dimilikinya ketika kami pertama kali berpisah.

Berdiri di belakang kirinya adalah seorang pria tua berambut perak dengan pakaian kepala pelayan. Dia memegang lentera, matanya menatap tajam ke arahku.

Di belakang kanan Tiz adalah seorang wanita berseragam ksatria dengan rambut hitam dikuncir, tampak berusia dua puluhan. Pedang memancarkan cahaya magis samar di tangannya. Dia memegangnya dalam posisi waspada, matanya melotot dengan permusuhan yang jelas.

“Jadi sepertinya dia benar-benar kenalanmu, Bocah. Siapa nona ini?"

"Hentikan dengan 'bocah' itu, Kakek. Dia membantuku ketika aku mencoba untuk masuk ke kota. Jadi, Shedy, kenapa kau ada di sini? Bicaralah."

Ini bukanlah interogasi, hanya saja Tiz kelihatannya bersenang-senang dengan mencoba membuatku terpojok, terutama ketika ia semakin dekat.

"Umm ..." Aku mulai berpikir tentang bagaimana menjawabnya.

Lalu tiba-tiba, ksatria itu menerobos di antara kami. "Tuan, jangan mendekat!" Dia menoleh padaku, “bicaralah! Kau pasti seorang pembunuh bayaran yang disewa oleh bangsawan lain, bukan?! Jika kau tidak mau mengaku, mungkin beberapa siksaan akan-"

“Salia, berhenti bicara! Aku sedang berbicara dengan Shedy di sini. Diamlah!"

Raungan Tiz sudah cukup untuk menenggelamkan bahkan keributan kereta sebentar. Ksatria itu mulai menyusut ke belakang. Wajahnya pucat. Dia menggigit bibirnya dengan ketidakpuasan dan menatap setajam belati padaku.

Melihat jawabannya, Tiz merengut. Dia menghela napas, tangannya menggaruk kepalanya dan dia berbalik ke kepala pelayan.

"Kakek, aku akan membawanya ke ruang tamu. Tangani sisanya untukku."

"... mengerti."

Kepala pelayan itu hanya membungkuk, alisnya terangkat sedikit sebagai satu-satunya tanda pikirannya. Dia menyerahkan lentera ke salah satu ksatria yang hadir di belakangnya dan segera meninggalkan ruang kargo.

"Tuan, Anda tidak boleh! Kita tidak bisa memercayainya!”

"Salia, tutup mulutmu. Shedy, ayo."

"..."

Aku yakin dia adalah seorang bangsawan. Rupanya dia seseorang yang jauh lebih besar daripada yang kubayangkan.

Aku tidak tahu bagaimana dia berhasil menemukan keberadaanku di kereta dengan mudah. Aku tidak bisa terus tinggal di ruangan ini, jadi aku diam-diam berdiri dan mengikutinya.

Ketika kami keluar dari gerbong barang, aku menyadari bahwa hari sudah pagi.

Rasanya sudah lama sejak aku melihat cahaya. Saat aku memicingkan mataku, wanita ksatria menjengkelkan di belakangku bergerak selangkah lebih dekat. Dia menggertakkan giginya dan menatapku, pedangnya masih terhunus. Dia berbisik.

"Jangan berpikir kau menang, bangsat kecil ..."

"..."

[Reroll]

"Eeek!"

Dia kehilangan keseimbangan di kereta yang bergetar, tetapi berhasil meletakkan tangannya di dinding dan menstabilkan dirinya sebelum dia bisa jatuh ... ya, dia menangani itu. Yah, terserahlah. Melakukan ini adalah pemborosan sihir sejak awal.

Wanita ksatria ... Salia, 'kan? Wajahnya menjadi merah karena nyaris celaka. Dia akhirnya tampak menyadari bahwa berbahaya membiarkan pedangnya di tangan dan menyarungkannya, kakinya menginjak jejak yang ditinggalkan ujung bilahnya di lantai kereta, mencoba untuk menyembunyikannya. Mari kita bicara dengan kondektur nanti.

Gerbong pengangkut berada di ujung kereta dan tampaknya kelompok Tiz menempati gerbong yang berada tepat di depannya. Aku melihat para ksatria dan pelayan datang berpasangan, membungkuk pada Tiz saat dia berjalan melewati koridor. Sepertinya dia benar-benar 'bangsawan negara lain'.

Satu gerbong untuk 24 orang. Ongkos tiket setiap orang adalah 5 koin emas kecil. Jadi, menyewakan satu gerbong akan menelan biaya 12 koin emas besar ...

Menghabiskan 24 koin emas besar untuk tiket pulang pergi hanya karena dia bosan. Sebanyak apa uang yang dimiliki Tiz. Selain ruang tamu, aku bahkan melihat pintu-pintu yang mengarah ke toilet dan kamar mandi. Perjalanan kereta semacam ini adalah yang pertama bagiku.

Tiz terus berjalan dan memasuki ruang tamu yang berada tepat di tengah-tengah gerbong. Aku mengikuti di belakangnya. Salia masuk terakhir, lalu berdiri di depan pintu. Ruangan itu sekitar 14 meter persegi. Kepala pelayan saat itu sudah ada di sana dan menyiapkan teh.

"Shedy, duduk di depanku."

"Ya."

Balasan santaiku membuatku merasakan gelombang haus darah pedas dari Salia.

Tiz duduk di kursi sofa tunggal di sudut ruangan. Aku pindah untuk duduk di sofa tiga kursi di seberangnya. Sama seperti yang aku lakukan, kepala pelayan mulai menuangkan teh untuk kami berdua.

"Ayo, bicara."

"Pertama, bagaimana kau tahu aku ada di sana?"

"Aku yang melakukannya! Dewa telah memberiku kemampuan [Deteksi Kehadiran] untuk mencegah bahaya menimpa tuanku!" Salia memotong, masih belum belajar dari kesalahan sebelumnya.

Jadi, itu berarti dia juga Anak Dewa? Begitulah cara dia menemukanku? Oke, aku mengerti bagian itu, tetapi mengapa Tiz yang datang? Bukankah biasanya kau memanggil kondektur kereta jika dirimu merasa menemukan sesuatu yang mencurigakan?

Ternyata Anak-anak Dewa sangat umum. Atau mungkin kemampuan mereka adalah apa yang membawa mereka untuk melayani para bangsawan.

Wajah Tiz sudah mulai tampak keriput karena interupsi yang berulang-ulang.

Kepala pelayan berusaha mendinginkan segalanya. "Ahem. Nona Salia, tuan muda kita masih berbicara."

"P-permintaan maaf saya ..."

"Aku ingin melihat pelelangan di ibukota." Tiz tetap diam, jadi aku mengakui motifku. Tiz tampak penuh kemenangan sesaat, yang segera berubah menjadi tak percaya ketika dia bersandar di sofa.

"Apa, jadi kau sangat ingin melihat pelelangan sehingga dirimu menyelinap di kereta untuk mendapatkan bantuanku?"

"Eh? Mengapa?"

"Sudah kubilang aku akan pergi ke pelelangan juga, bukan?"

"Aku tidak tahu kau di kereta ini, Tiz."

“Hentikan kebohonganmu! Kau jelas di sini untuk menipu uang dari tuanku dengan menggunakan belas kasihnya yang murah hati! Bocah kotor, tipuan apa- "

"Aku punya uang."

Aku menjatuhkan koin emas besar di atas meja untuk menutup mulut Salia dan menarik perhatian semua orang. "Aku akan membeli tiket, tapi kemudian aku tahu beberapa bangsawan sudah menyewa seluruh gerbong."

Aku menatap Tiz sebagai protes. Dia hanya tampak geli dan sikapnya yang sombong naik satu tingkat lagi.

"Itu bukan masalah kalau begitu. Kakek, jual salah satu kursi gerbong ke Shedy. Sekarang kau penumpang resmi. Bersyukurlah."

"..."

Masalah terpecahkan, tetapi aku bertanya-tanya kenapa aku tidak merasa sedikit pun bersyukur ...

"Wah, memang tidak ada masalah... tapi kenapa kau membantunya? Memang benar bantuan yang Nona Shedy berikan untukmu sebelumnya patut disyukuri. Namun, bukankah kau sudah membayarnya?”

Salia mengangguk keras pada kata-kata kepala pelayan. Aku sendiri bertanya-tanya. Kenapa dia berusaha terlibat denganku begitu banyak?

Di bawah tatapan yang sama dari tiga orang yang berbeda, Tiz memasang senyum lebar dan buas.

"Karena dia akan menjadi pacarku. Kenapa lagi?”

"... eh-"

"Haahh?!"

Sial, Salia, telingaku. Aku tercengang, pelacur di belakangku menjerit, dan kepala pelayan itu hanya menepuk dahinya dengan putus asa. Dia memperbaiki pandangannya pada Tiz.

“Nak, nona ini masih anak-anak, apa yang kau pikirkan ... aku akui, dia memiliki wajah yang cukup cantik, tetapi tidak ada kekurangan wanita cantik untuk kau pilih. Bagaimana dengan Putri dari Count Soel?”

“Gadis yang membuat pertemuan denganku? Hah, wanita itu terus menuntut kemewahan. Aku hanya sedikit membuatnya takut dan dia sudah berlari sambil menangis lalu mengatakan aku mengerikan atau semacamnya.”

Itu mengerikan. Untuk keduanya. Dalam banyak hal.

“Sementara Shedy di sini bahkan tidak berkedip! Sangat kurang ajar, atau mungkin aku harus bilang dia punya nyali. Aku suka itu.”

Persetan denganmu, aku tidak butuh pendapatmu.

"Dan selain itu, usianya tidak masalah, cukup beri dia tiga atau empat tahun lagi ... hmm? Shedy, apakah kau sedikit tumbuh?"

"Kau hanya berhalusinasi."

Dia sebenarnya tidak berhalusinasi. Peringkatku mengubah beberapa hal tentangku.

-----------------------
[Shedy]

[Ras: Mistral]

[Iblis Kecil (Peringkat Tinggi)]

・ Iblis kabut penyihir yang menari di atas lautan utara. Bentuk kehidupan spiritual yang cerdik.

[MP: 1065/1100 ] 165 ↑

[Total Combat Power: 1175/1210 ] 182 ↑

[Keterampilan Unik: <Reroll\ data-tomark-pass > <Cyber-Manipulation\ data-tomark-pass > ]

[Keterampilan Rasial: Ketakutan ]

[Identifikasi Sederhana]

[Bentuk Humanoid (Master)]

[Pengepak Mahir]
------------------------

[Peringkat Rendah] kini berubah menjadi [Peringkat Tinggi]. Aku mendapatkan sedikit sihir dan kekuatan tempur.

Dengan [pengepak] beralih dari 'Ahli' ke 'Mahir', kapasitas penyimpananku melonjak. Intuisiku memberi tahu bahwa aku tidak lagi terbatas pada benda padat seperti sebelumnya. Aku bisa menyimpan cairan juga sekarang.

Dan dengan [Bentuk Humanoid] beralih dari 'Mahir' ke 'Master', tekstur dan sensasi sentuhan kulitku sekarang tidak lagi dapat dibedakan dari manusia asli, bahkan ketika diperiksa dari dekat. Kulit dan rambutku terlihat begitu halus dan mengkilap sehingga aku merasa seperti baru saja pulang dari salon kecantikan.

Berikutnya --dan mungkin bagian yang paling misterius-- tubuhku yang berusia sepuluh tahun telah tumbuh 5 sentimeter lagi dan aku tidak lagi hanya sebuah silinder yang rata dan kurus. Aku telah mendapatkan sedikit kurva.

Rasanya aku akhirnya berhasil kembali ke usia sebelas tahunku yang sebenarnya, 'kan?

"Betulkah? Yah, terserahlah. Penampilanmu tidak akan menjadi masalah setelah dua atau tiga tahun lagi. Lihatlah, Kakek. Bahkan di antara para wanita bangsawan, kau hampir tidak pernah bisa melihat kulit seputih ini.”

Itu karena aku albino!

"Jujur itu membuatku bertanya-tanya apakah Nona Shedy memiliki darah biru."

Aku bahkan tidak bisa menyangkal itu. Lagipula aku adalah iblis.

(E/N : ku juga gak paham maksud si Shedy ini apaan. Mungkin maksudnya dia gatau darah dia warna apa (secara literal padahal si kepala pelayan ngomong "darah biru" sebagai idiom) karena dia itu aslinya merupakan gas yang gapunya darah?)

“Kupikir jika kita bisa bertemu lagi beberapa tahun kemudian, secara kebetulan atau tidak, aku akan membawanya pergi. Aku tidak pernah berharap reuni kami akan secepat ini. Nasib pasti mengatakan padaku untuk menjadikannya milikku."

Tidak, aku belum pernah mendengar apa pun dari 'nasib' orang ini.

Salia membeku tak percaya. Kepala pelayan mulai menepuk dahinya lagi. Kali ini, dia menoleh padaku.

"Nyonya Shedy. Bolehkah saya mendengar pendapat Anda?”

Jadi, kepala pelayan sudah mulai menggunakan 'nyonya' daripada hanya memanggilku 'nona' sekarang. Apakah dia sudah menyerah? Seberapa dia memanjakan Tiz sebenarnya?

"Tidak, terima kasih. Aku bersyukur kau tidak memberi tahu tentang penyelundupanku, tetapi aku akan pergi dengan caraku sendiri begitu kita sampai di ibukota."

Penolakanku yang jelas membuat Salia berseri-seri, kepala pelayan itu mendesah pelan, dan Tiz menyeringai. Dia mencondongkan tubuh ke depan.

“Lelang dua hari kemudian. Shedy, apakah kau memiliki kualifikasi masuk?"

... kualifikasi?

“Lelang Kerajaan Trestan adalah acara yang sangat menonjol, setingkat dengan Konfederasi Perdagangan Deulx. Keamanannya sangat ketat. Mereka tidak akan membiarkan siapa pun yang mereka tidak percayai. Peserta normal harus sudah tinggal di dalam Trestan selama setidaknya setengah tahun dan membayar 10 koin emas besar sebagai deposit hanya untuk masuk. Apakah kau memenuhi bahkan salah satu syarat itu? Kau begitu ingin melihat pelelangan sampai menyelinap dalam kereta, 'kan? Asal kau tahu, pelayanku akan bisa masuk tanpa hambatan.”

"..."

Sangat licik. Orang dewasa sangat licik.

“Oh, jangan khawatir, itu bukan berarti aku akan melakukan hal buruk terhadapmu. Kau seorang packer, bukan? Kau hanya akan menjadi pembawa barang bawaanku. Bagaimana dengan itu?"

Jika aku memiliki lebih banyak waktu luang hingga pelelangan, aku bisa mencoba mencuri batu itu. Namun, ternyata keamanannya sangat ketat dan sayangnya, aku tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menyelinap melewati pengawasan. Namun, ada satu hal yang pasti: batu magis No. 17 akan ditampilkan pada hari lelang.

Dua puluh tiga hari waktu hidup tersisa. Aku tidak akan menyerah.

"... mengerti."

“Baiklah, itu kesepakatan. Kakek, tangani bajunya! Pastikan dia cocok berjalan di sampingku!”

... aku mulai menyesali ini.

*********

Note : Kisama! Klean di rumah aja napa. Pasien dah tembus seribu dan yang meninggal juga banyak. Sekali-kali nolep apa susahnya sih ... kek Lord Kazuma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar