Juu sai no Sakyou B2P2

Kamis, 14 Maret 2019

Merasakan Kebebasan II



Ketika gadis yang dilihatnya berjalan ke gang, dua pria muncul dari dalam gang kecil dan menyerang gadis muda berambut pirang itu.


Gadis muda itu diseret ke dalam gang dalam sekejap mata. Salah satunya memukul kepalanya dengan tongkat kayu dan menyumbat mulutnya dengan tangan mereka. Dia bahkan tidak punya waktu untuk mengeluarkan teriakan. Karena cepatnya kejahatan itu terjadi, tidak ada satu pun pejalan kaki yang menyadarinya. Namun, Ferris melihat apa yang baru saja terjadi.

Dia tidak bisa mengabaikan apa yang baru saja terjadi. Tanpa sedikit pun keraguan, dia bergegas ke gang belakang untuk menemukan gadis muda itu.

Orang-orang yang menyembunyikan wajah dan tubuh mereka dengan jubah mencoba menjatuhkan gadis itu ke tanah. Dia berjuang untuk memberontak tapi tidak bisa mengatasi kekuatan pria tersebut. Mulutnya ditekan dan kedua tangannya dipegangi. Pria itu ingin mengikat kakinya tapi menerima tendangan darinya. Detik berikutnya, salah satu pria menggunakan kakinya dan menginjak perut gadis itu. Sebuah erangan yang menyakitkan terdengar dari gadis tersebut.

"Diamlah, Putri. Kalau tidak, wajah cantikmu akan rusak."

Kilatan bersinar dari mata pria itu dan dia memperlihatkan pisau kecil di wajah Sang Gadis. Air mata mulai mengalir dari matanya.

Pria yang satu lagi mulai tertawa.

"Sungguh sia-sia. Selain itu, mari kita cicipi gadis ini sebelum menyerahkannya kepada pelanggan. Kau tidak sering melihat produk berkualitas bagus semacam ini, 'kan?"

"Itu ide yang bagus. Aku juga mulai menjadi bersemangat beberapa saat yang lalu."

"Kita singkirkan terlebih dahulu tongkatnya. Seorang penyihir tidak dapat melakukan apa pun tanpa tongkat mereka."

Mereka menjauhkan tongkatnya dari cengkeraman gadis muda itu lalu membentangkan kakinya dan merobek pakaiannya. Gadis tersebut terus memohon, tetapi para lelaki itu tidak punya niat untuk berhenti.

"Tidak! Aku harus menghentikan mereka!"

Menyadari tindak kejahatan di depan matanya, Ferris mulai menjerit seperti binatang buas dan menabrak salah satu pria.

"Apa yang kau lakukan anak nakal! Jangan ganggu kami!"

"Kya!"

Ferris dikirim terbang dan jatuh ke tanah. Namun, dia segera melompat dan mulai menyerang pria itu lagi.

Dia dipukuli. Sekujur tubuhnya mulai merasakan sensasi sakit yang mengerikan.

Dia dipukuli lagi. Tubuhnya semakin menderita. Walaupun begitu, Ferris masih tidak menyerah bahkan setelah ditendang dan diinjak dengan keji.

"Hentikan, Bocah! Apa kau ingin kubunuh?!"

"Ayo kita hentikan bocah kotor ini terlebih dahulu!"

Salah satu pria itu menangkap Ferris di lehernya dan membantingnya ke tanah. Ferris berguling di jalan batu yang berjamur dan berhenti tepat di samping gadis muda yang masih terkapar. Menyadari pengorbanan Ferris, gadis muda dengan rambut pirang berantakan dan air mata yang mengalir dari mata birunya mulai berbisik ke Ferris.

"Tolong, tolong abaikan diriku. Pergilah dari sini ... setidaknya untukmu, kau tidak akan menderita kekejaman seperti ini lagi."

"Tidak ... kau ... sangat cantik ... menjadi kotor ... tidak bisa dibiarkan."

Ferris berhasil memeras kata-kata itu meski kehabisan napas. Dia tidak bisa berdiri dan jatuh lemas di tanah. Seluruh tubuhnya menjerit kesakitan. Gadis muda itu memeluk erat dirinya karena Ferris masih berusaha berdiri. Dia memelototi para pria seraya masih menangis.

"Kalian iblis! Bentuk sampah terendah! Kalian menyerang seorang gadis kecil bersama-sama! Kalian tidak pantas hidup!"

"Aaa?! Kau dengar itu, 'kan? Haruskah kita memotong salah satu tangannya untuk membuatnya patuh?!"

"Kuhahaha! Ayo lakukan! Tidak apa-apa asalkan kita tidak merusak wajahnya terlalu banyak."

Salah satu dari mereka mengangkat pedangnya dan menebas ke arah gadis muda itu. Suara pisau memotong udara. Dampaknya pada wajah gadis muda. Sayatan dari sebilah pedang meninggalkan sedikit noda di wajahnya.

"Seseorang, tolong!" Ferris menjerit.

Waktu membeku di detik berikutnya. Di depan Ferris, bola api raksasa muncul dan mengirim pria itu terbang. Api terus meluas dan sebuah gerbang dibangun. Pintu gerbang terbuka, memuntahkan api di sektarnya. Seakan tercipta dari neraka, nyala api berubah menjadi bentuk manusia dengan sayap. Makhluk itu masih terlalu besar jika dibandingkan dengan manusia normal dan jelas sangat mencolok dengan mata dan mulut hitam gelap. Bahkan lapisan giginya terbakar dengan api.

Iblis berapi-api --sambil tersenyum-- berlutut di depan Ferris dan membungkuk kepadanya dengan hormat.

"Anda akhirnya memanggil saya, Ratuku. Nama saya Leviathan dan saya adalah pengikut setia Anda."

"E ... Eh? Ratu? Aku bukan ratu ... hanya seorang budak." Ferris merasa terganggu.

"Tidak, Anda adalah seorang ratu. Saya akhirnya bisa terwujud setelah Ratu memanggil saya." Iblis yang disebut Leviathan mulai tersenyum tanpa suara.

Gadis muda dengan rambut pirang itu mengeluarkan suara kejutan.

"Sihir pemanggil? Tapi ... sihir itu ... harusnya sudah hilang sejak zaman kuno."

"Ahhh, apakah itu kasusnya, menurut seseorang sepertimu, itu dianggap teknik yang hilang? Sepertinya waktu sudah berbeda sekarang." Bahu Leviathan gemetar karena menurutnya ini lucu.

Orang-orang berjubah itu berteriak marah.

"Si, siapa orang ini?! Sihir pemanggilan itu tidak ada. Dia pasti menggunakan mantra ilusi atau sesuatu! Percuma saja kau melakukan hal yang tidak berarti seperti itu!"

"Terlepas aku ilusi atau bukan, tidakkah kau akan mengerti jika kau menyerangku?" Leviathan mengangkat bahunya.

"Aku akan melakukannya bahkan tanpa kau katakan! Aku juga akan membunuh bocah menyebalkan di belakangmu!"

Kedua pria itu mulai berlari menuju Ferris.

Menyadari serangan yang akan dilancarkan oleh mereka, Leviathan berbicara pada Ferris dengan api di matanya.

"Kalau begitu ... Ratuku. Perintah apa yang Anda ingin saya lakukan?"

"Perintah?"

"Benar, makhluk yang dipanggil tidak bisa bergerak tanpa perintah tuannya. Haruskah saya mengalahkan orang-orang itu atau melarikan diri dan meninggalkan ratu saya dan gadis itu ... tolong beri saya perintah." Bisiknya misterius.

Suara yang penuh dengan bahaya. Namun, Ferris tidak punya pilihan. Sesuatu yang indah mulai ternoda, dia tidak ingin melihat itu.

"Ka, kalahkan mereka!"

"Saya menerima perintah Anda."

Leviathan menanggapi dengan ekspresi gembira dan menghembuskan napas api dari mulutnya. Dunia dicelup dalam warna merah neraka dan kedua lelaki itu mulai terbakar. Jeritan tinggi, api begitu panas melelehkan bahkan tulang dan gelombang panas bertiup ke arah Ferris dan gadis muda itu. Detik berikutnya, kedua lelaki tersebut meleleh menjadi abu dan angin meniup debunya menjauh.

"Baiklah, Ratuku. Tolong panggil saya lagi pada saat Anda membutuhkan bantuan saya." Leviathan kembali ke gerbangnya.

Gerbang mulai menyusut sebelum menghilang dan yang tersisa hanyalah permukaan batu yang panas dan meleleh. Ferris merasakan seluruh tubuhnya kehilangan kekuatan.

Apakah itu karena lega? Ataukah kelelahan yang terakumulasi?

Ferris tidak tahan lagi dan jatuh tertelungkup mulai kehilangan kesadarannya.

"A, anak ini."

Gadis muda berambut pirang --penyihir magang bernama Alicia-- berbisik ketakutan.

Meskipun dia tidak tahu apa itu, dia tahu pasti dia melihat sesuatu yang mengerikan.

Apa yang dia lihat pasti sebuah eksistensi di luar pengetahuan manusia dan sesuatu yang tidak bisa kita menangkan.

------
Note :
Setauku Leviathan itu ular laut deh. Napa jadi berelemen api, yak? •'_´•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar