Chapter 5 : Sebelum dunia berakhir

Sabtu, 18 November 2017


Di kegelapan malam, berdiri di tengah hamparan pasir abu-abu yang luas, seekor 'Beast' melolong. Suaranya tidak menyebabkan udara bergetar dan menghasilkan suara dalam pengertian tradisional. Dan tentu saja, dalam jangkauan tangisannya, tidak ada satu kehidupan pun yang ada.


Jadi, tidak ada yang mendengarkan atau mengerti suara Shiantor, 'First'. Tapi tetap saja, 'beast' itu terus melolong, tidak bertambah lelah atau kehilangan harapan, atau mungkin bahkan tidak memahami konsep itu, sampai selama-lamanya, menghasilkan suara yang tidak berarti dan sampai ke telinga siapa pun.

Melihat ke bawah dari Regul Aire, pemandangan abu-abu mungkin terlihat sama di mana-mana, tapi jika kau benar-benar turun ke tanah, dirimu akan terkejut melihat betapa banyak medan naik turun yang sebelumnya tidak dapat kau lihat. Di mana layaknya sebuah bukit, gundukan pasir yang landai perlahan semakin rendah. Puncak kelabu di mana gunung terjal dan menjulang tinggi dulu. Dan di tempat bangunan batu biasa berdiri, kau bisa dengan jelas melihat reruntuhan, masih mengandung bekas arsitektur. Karena ini, Salvagers bisa mencari melalui puing-puing, mencari sisa-sisa peradaban yang telah lama hilang.

Sekarang, mari kita bicara tentang hak tanah di kaki lolongan 'Beast'. Sedikit lebih dari lima ratus tahun yang lalu, ada sebuah kota kecil di sini. Kota iu tidak begitu makmur dan memiliki industri yang signifikan, tapi memang ada sejarah yang panjang. Dari batu paving di jalan-jalan, pepohonan yang ditanam di sampingnya, tempat pemberhentian gerobak patroli, sampai ke apartemen murah, segala sesuatu di kota tampak berdiri bangga dengan kepribadian tertentu yang sepertinya mengatakan bahwa 'aku pernah di sini selama ratusan tahun, kau tahu'.

Panti asuhan di pinggiran kota tidak terkecuali. Panti asuhan itu pada awalnya adalah sebuah taman kanak-kanak tua, gedung repurposed berdiri dengan kokoh dan akan mengingatkanmu pada masa lalu yang panjang. Dengan kata lain, itu berantakan. Setiap saat hujan turun atau angin bertiup, penghuninya berlari dengan papan kayu dan palu.

Kota ini memiliki populasi sekitar tiga ribu orang. Dan panti asuhan, sekitar dua puluh jiwa. Itu 526 tahun yang lalu. Kini, adegan-adegan itu tetap ada dalam ingatan orang tertentu.

Dan sekarang, 'Beast' itu terus melolong, melepaskan jeritan-jeritan yang tidak ke mana-mana dan sampai kepada siapa pun.

Mari aku ceritakan sedikit rahasia.
Dikatakan bahwa para Tetua Elven biasa, bisa bertukar kata hanya dengan menggunakan pikiran mereka yang tidak menciptakan getaran di udara. Apa yang 'Beast' lakukan sekarang hampir sama dengan itu. Sejenis komunikasi telepati yang hanya satu dari spesies serupa yang memiliki struktur mental serupa.

Dan masing-masing dari tujuh belas jenis 'beasts' dihitung sebagai spesies yang berbeda. Kata-kata seekor Shiantor hanya akan menjangkau seekor Shiantor lain. Dan Shiantor ini ialah satu-satunya dari jenisnya. Keberadaannya secara keseluruhan, sangat dekat pada kesempurnaan dan tinggal dalam sebuah tubuh. Bahkan jika kau mencari ke seluruh dunia, kau tidak akan pernah menemukan satu pun yang dapat disebut sebagai kerabatnya.

Jadi, suara 'beast' ini benar-benar tidak sampai ke mana-mana dan tidak dapat didengar oleh siapa pun. Dia hanya terus melolong seperti simfoni tanpa suara yang telah dia lakukan sejak pertama kali muncul di dunia ini. Dan karena hal itu, lolongannya akan terus berlanjut selama-lamanya.

Ayaaahh

Tangisan 'beast' itu, tanpa terdengar oleh siapapun, tanpa bergemuruh pada siapapun, hanya meleleh ke padang gurun yang tak terbatas dan menghilang.

《TAMAT》 

《Volume 2 

1 komentar: